2018 - AKUNTAN INDEPENDEN

Thursday, 3 May 2018

Rasio Aktivitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Mengihtungnya

May 03, 2018 0
Rasio Aktivitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Mengihtungnya
  • Ratio Aktivitas
    Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio aktivitas yang dapat digunakan, yaitu :
    1. Rasio Perputaran Piutang
      Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi perputarannya maka semakin baik pula bagi perusahaan.Perputaran Piutang - Ratio Keuangan
    2. Rasio Perputaran Persediaan
      Rasio ini digunakan untuk menggambarkan likuiditas perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka semakin baik pula pengelolaan persediaannya.Perputaran Persediaan - Ratio Keuangan
    3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
      Rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan penjualan dengan aktiva tetap yang dimiliki. Semakin besar rasio maka semakin baik bagi perusahaan.Perputaran Aktiva Tetap - Ratio Keuangan
    4. Rasio Perputaran Total Aktiva
      Hampir sama dengan rasio perputaran aktiva tetap, hanya saja yang bedakan adalah pada perhitungan kali ini, yang dihitung adalah total aktiva yang dimiliki perusahaan.Perputaran Total Aktiva - Ratio Keuangan

Rasio Liquiditas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya

May 03, 2018 0
Rasio Liquiditas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya
  • Ratio Likuiditas
    Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio likuiditas yang dapat digunakan, yaitu :
    1. Rasio Lancar (Current Ratio)
      Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancarnya. Sebagai ilustrasi, apabila perbandingannya adalah 1:1 dimana artinya Current Ration-nya adalah 100%, berarti aktiva lancarnya memiliki jumlah yang sama banyak untuk melunasi semua kewajiban lancarnya. Semakin lebih besar dari 100% artinya semakin baik.Current Ratio - Ratio Keuangan
    2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
      Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memasukan nilai persediaannya.Quick Ratio - Ratio Keuangan
    3. Rasio Kas (Cash Ratio)
      Digunakan untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar setara kas dengan kewajiban lancar. Yang dimaksud dengan aktiva lancar setara kas adalah aktiva yang dapat dengan mudah dan segera diuangkan.Cash Ratio - Ratio Keuangan
  • Ratio Solvabilitas
    Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio solvabilitas yang dapat digunakan, yaitu :
    1. Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)
      Digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin rendah rasio ini artinya semakin baik bagi keuangan perusahaan, sebab keamanan dananya semakin baik.Debt Ratio - Ratio Keuangan
    2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
      Digunakan untuk mengukur hutang yang dimiliki dengan modal sendiri. Semakin kecil ratio ini maka akan semakin baik untuk perusahaan. Sebaiknya besarnya hutang tidak melebihi modal perusahaan itu sendiri.Debt Ratio 2 - Ratio Keuangan

Rasio Profitabilitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya

May 03, 2018 0
Rasio Profitabilitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya



Berikut ini macam-macam Rasio Profitabilitas yang digunakan, diantaranya adalah :



1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan. Gross Profit Margin ini merupakan suatu indikator penting karena dapat memberikan informasi kepada Manajemen maupun Investor tentang seberapa untungnya kegiatan bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tanpa memperhitungkan biaya tidak langsung. 


Rumus untuk menghitung GPM

Net Sales-Cost of Goods Sold

                 Net Sales


Semakin besar persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan perusahaan. 






2. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)


Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. 


Rumus untuk menghitung GPM 

Cost of Goods Sold+Operating Expense

                 Net Sales



Semakin rendah persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan perusahaan. Rendahnya rasio menunjukkan perusahaan mampu memperoleh penjualan bersih yang besar namun tetap efisien terhadap biaya yang dikeluarkan




3. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net Operating Margin digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya  dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan perkiraan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Net Profit Margin lebih mendalam dari Gross Profit Margin dan lebih  meyakinkan manajemen dalam menilai kondisi perusahaan.


Rumus untuk menghitung GPM 

Net Sales-(Cost of Goods Sold+Operating Expense)

                      Net Sales


Semakin besar persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan perusahaan. 






4. Return On Assets (ROA)


Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.


Menurut Kasmir (2008, hal 201) Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.


Menurut Tandelilin (2003:240), “ ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba, Rasio ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah asset perusahaan”.


Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Laba yang dihitung adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax). 


Rumus untuk menghitung ROA 

= Net Profit Before Taxes

   Average Total Assets


Nilai ROA yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. 






5. Return On Investment (ROI)


Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap investasi yang telah dikeluarkan. ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas   dari seluruh dana perusahaan baik  modal   pinjaman maupun modal sendiri. Laba yang digunakan adalah laba yang telah dikurangi pajak atau EAT ( Earning After Tax) atau Net Profit After Taxes 


Return On Investment (ROI), merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.


Menurut S. Munawir (2007:89), Return On Investment (Roi) merupakan bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang berasal dari keseluruhan dana pada aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.


Menurut Sutrisno (2001:255), Return On Investment (Roi) adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang telah dikeluarkan


Rumus untuk menghitung ROI 

Net Profit After Taxes

     Total Assets



Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik.  Hal tersebut menunjukkan bisnis perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa yang akan datang dan bahkan dalam jangka panjang akan mengalami kegagalan, demikian juga sebaliknya.





6. Return On Equity (ROE)


ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu emiten dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham.


Menurut Kasmir (2008, hal 204) bahwa hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.


Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin (2009, hal 64) menyatakan : “Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.”


Secara kasat mata memang return on equity memperlihatkan efesiensi perusahaan dalam menggunakan modalnya namun ROE tidak memasukkan hutang terhadap perhitungan efisiensi tersebut sehingga perusahaan yang memiliki hutang besar akan luput dari indikator ini. Oleh karena itu banyak investor pula yang tidak menggunakan ROE dan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator karena ROA memperlihatkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya dan termasuk hutang-hutangnya.


Rumus untuk menghitung ROE 

Net Profit After Taxes

     Average Equity


Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelola modal yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan.






Sunday, 29 April 2018

Rasio Keuangan - Pengertian secara singkat dan Jenis-jenisnya

April 29, 2018 0
Rasio Keuangan - Pengertian secara singkat dan Jenis-jenisnya


Rasio keuangan atau rasio finansial memiliki peranan penting dalam menjalankan bisnis atau usaha. Setiap pimpinan suatu perusahaan sudah seharusnya memahami pentingnya menganalisa rasio keuangan ini karena akan membantu pimpinan perusahaan dalam menentukan kebijakan dalam menjalankan perusahaan.

A. Arti Rasio Keuangan

Ratio keuangan atau rasio keuangan atau rasio finansial merupakan suatu alat dalam menganalisa dan mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan parameter kondisi atau data keuangan perusahaan tersebut. Data – data keuangan tersebut biasanya diambil dari laporan keuangan yang ada seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dll.

B. Jenis Rasio Keuangan

Secara umum, rasio keuangan dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :
  1. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
    Ratio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan untuk perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap memiliki peranan yang krusial bagi kelangsungan perusahaan karena “urat nadi” suatu perusahaan akan bergantung dari sejauh mana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan. 
  2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
    Ratio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar atau melunasi utang  atau kewajiban dalam skala jangka pendek yang harus segera dipenuhi.
  3. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
    Ratio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek, utamanya apabila disaat perusahaan yang bersangkutan harus dilikuidasi.
  4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
    Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur keefektifan atau efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva – aktiva yang dimilikinya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 






Tujuan dan Manfaat Perusahaan Melakukan 'Go Public'

April 29, 2018 0
Tujuan dan Manfaat Perusahaan Melakukan 'Go Public'
 
 
 
Jika sebuah perusahaan yang telah berbentuk badan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT) bermaksud mencari tambahan dana untuk ekspansi usahanya, maka perusahaan itu bisa melakukan pencarian dana melalui beberapa alternatif salah satunya adalah menerbitkan obligasi yaitu merupakan pinjaman berupa utang jangka panjang atau menerbitkan saham. 
 
Penerbitan obligasi atau saham dilakukan melalui pasar modal. Jika perusahaan memilih alternatif dengan menerbitkan saham maka langkah-langkah yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan go public.
 
Go public merupakan penawaran efek/surat berharga kepada masyarakat umum, baik perorangan maupun lembaga untuk pertama kalinya. Pertama kali, artinya bahwa pihak emiten/perusahaan menerbitkan efek untuk pertama kalinya dan melakukan penjualan efek tersebut di pasar perdana. Peristiwanya disebut penawaran efek/surat berharga, sedangkan kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana. Efek yang telah dijual ke masyarakat umum, selanjutnya akan dicatatkan di Bursa efek. Pemegang saham atau sering disebut sebagai pemodal akan melakukan transaksi di pasar sekunder yang biasanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Berikut beberapa istilah enurut Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal :
 
1) Penawaran umum
adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
 
2) Emiten
Adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Dalam proses go public, melibatkan banyak pihak antara lain :
  •  Emiten atau investee; 
  •  Penjamin emisi atau underwriter; 
  •  Afen 
  •  Pemodal atau investor.
 
Perusahaan yang telah melakukan go-public disebut perusahaan publik atau terbuka, sehingga sering ditambahkan istilah "Tbk" (terbuka), artinya perusahaan tersebut telah menjadi milik masyarakat pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Besarnya kepemilikan tergantung dari besarnya jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Kegiatan dalam rangka go public sering atau untuk penawaran umum saham ini sering disebut Initial Public Offering (IPO).
 

>>Tujuan Perusahaan yang melakukan go public antara lain:
 
1) Mendapatkan dana untuk perluasan usaha (ekspansi) atau diversifikasi usaha dan memperbaiki struktur modal perusahaan.
2) Meningkatkan nilai perusahaan (shareholder value).
3) Melepaskan sahamnya untuk mendapatkan keuntungan (divestasi)
 

>>Adapun manfaat perusahaan melakukan go public, antara lain:

1) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan
2) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus.
3) Proses relatif lebih mudah dan biayanya juga relatif lebih murah.
4) Emiten lebih dikenal masyarakat.
5) Promosi tidak langsung dan secara terus-menerus
6) Image perusahaan menjadi lebih baik.
7) Daya saing perusahaan meningkat
8) Mendapatkan akses ke basis pemodal yang lebih luas.
 

>>Adapun beberapa konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan setelah melakukan go public, yaitu antara lain:
 
1) Emiten dituntut lebih terbuka, sehingga dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme.
2) Perusahaan dituntut untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
3) Perusahaan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan.
 
 
 

*Persiapan Go public


Untuk go public, perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan persiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh Baperpam. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi bagi perusahaan yang akan melakukan go public antara lain:
1) Emiten berkedudukan di Indonesia.
2) Pemegang saham minimal 300 orang.
3) Modal disetor penuh sekurang-kurangnya tiga miliar rupiah.
4) Setelah diaudit, selama dua tahun buku terakhir berturut-turut memperoleh laba.
5) Laporan keuangan telah diperiksa akuntan publik untuk dua tahun terakhir berturut-turut dengan peryataan wajar tanpa pengecualian untuk tahun terakhir.
6) Untuk Perbankan harus memenuhi kriteria sebagai Bank sehat dan memenuhi kecukupan modal sesuai ketentuan Bank Indonesia.
 
 

Monday, 2 April 2018

Jurnal Penyusutan dengan Metode Garis Lurus (secara Pembukuan Akuntansi maupun Fiskal)

April 02, 2018 1
Jurnal Penyusutan dengan Metode Garis Lurus (secara Pembukuan Akuntansi maupun Fiskal)




Metode Garis Lurus (Straight Line Method) merupakan  metode depresiasi/penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Besarnya penyusutan tiap tahun sama hingga habis umur ekonomisnya

Rumus : Harga Perolehan-Nilai Residu 
                       Umur Ekonomis 


Contoh soal 1 :

PT. ABC pada Januari 2012 membeli mesin dengan Harga Perolehan Rp 20.000.000, Nilai Residu sebesar Rp 5.000.000, Umur Ekonomis selama 5 tahun.  Berapa penyusutan tiap tahunnya?
Jawaban :
1. Perhitungan :  
    Depresiasi             =        Harga Perolehan-Nilai Residu                                                                                                  Umur Ekonomis 
                                 =          20.000.000-5.000.000
                                                               5
                 =           3.000.000
2.      Membuat tabel untuk mengetahui jumlah penyusutan tiap tahunnya : 

Tahun Ke-
Depresiasi
(D)
Akumulasi Penyusutan (K)
Total Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Aktiva (N)=N-K
0



20.000.000
1
3.000.000
3.000.000
3.000.000
17.000.000
2
3.000.000
3.000.000
6.000.000
14.000.000
3
3.000.000
3.000.000
9.000.000
11.000.000
4
3.000.000
3.000.000
12.000.000
8.000.000
5
3.000.000
3.000.000
15.000.000
5.000.000
  

3.      Membuat Jurnal


Jurnal penyusutan di tahun 2012 adalah

Biaya Depresiasi Mesin              3.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                       Rp 3.000.000

Jurnal penyustan di tahun 2013 adalah

Biaya Depresiasi Mesin              3.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                       3.000.000

Catatan : Nilai depresiasi adalah selalu sama di tahun 1 – 5



Jurnal mencatat penyesuaian Nilai Mesin di akhir tahun pertama

Akumulasi Depresiasi                  3.000.000

                  Mesin                                                  3.000.000

Jurnal mencatat penyesuaian Nilai Mesin di akhir tahun kedua

Akumulasi Depresiasi                 3.000.000

                  Mesin                                                  3.000.000

 
*INFO TAMBAHAN

Apabila di awal tahun ke-2 dibuat  jurnal pembalik yaitu

Mesin                                         3.000.000

                  Akumulasi Dpresiasi                             3.000.000

Maka jurnal di akhir tahun kedua bunyinya

Akumulasi Depresiasi                    6.000.000

      Mesin                                                               6.000.000

Catatan :  Dengan adanya penyesuaian dimaksudkan untuk mengetahui Nilai buku mesin di akhir tahun pertama, kedua, ketiga sampai kelima.. Jadi Nilai mesin di akhir tahun pertama adalah 20.000.000-3.000.000 = 17.000.000 dan di akhir tahun ke dua adalah 17.000.000-3.000.000=14.000.000 dst.
 


Contoh Soal 2 :

PT. ABC awal November 2015 membeli  1 (satu) unit mobil truck seharga Rp 300.000.000,- untuk kendaraan operasional perusahaan. Kebijakan manajemen perusaahan menetapkan Nilai Residu Rp 20.000.000,-. Umur Ekonomis selama 10 tahun.  
Pertanyaan :
1. Berdasarkan Akuntansi Komersil  
- Hitung Penyusutannya dan Nilai Buku untuk Tahun 2017?
- Buat Jurnal Umum untuk mencatat Beban Penyusutan Tersebut 
2. Berdasarkan Fiskal 
- Hitung Penyusutannya dan Nilai Buku untuk Tahun 2017, Jika diasumsikan kendaraan truck tersebut masuk Kelompok II?
- Buat Jurnal Umum untuk mencatat Beban Penyusutan Tersebut
Jawaban :

1. Berdasarkan Akuntansi Komersil 
- Menghitung Besaran  Depresiasi
* Depresiasi 1 Tahun (12 Bulan)   =  Harga Perolehan-Nilai Residu 
                                                                                                  Umur Ekonomis 
                                                      =          300.000.000-20.000.000
                                                                                10
                                      =          28.000.000
* Depresiasi 1 Bulan                     =          28.000.000/12
                                                     =            2.333.333
 
* Depresiasi November 2015-Desember 2017 (26 Bulan) =   2.333.333 X 26

                                                                                           =  60.666.667

- Membuat Jurnal
 
Jurnal penyusutan di tahun 2015 (2 bulan) adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                            4.666.667

                  Akumulasi Depresiasi                                         4.666.667

Jurnal penyusutan di tahun 2016 (1 tahun) adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                          28.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                                       28.000.000
Jurnal penyustan di tahun 2017 (1 tahun) adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                          28.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                                       28.000.000


2. Berdasarkan Fiskal (masuk kelompok II, Umur Ekonomis 8 Tahun)
- Menghitung Besaran  Depresiasi
* Depresiasi 1 Tahun (12 Bulan) = Harga Perolehan-Nilai Residu 
                                                                                              Umur Ekonomis 
                                                    =          300.000.000-20.000.000
                                                                                8
                                   =          35.000.000
* Depresiasi 1 Bulan                   =          35.000.000/12
                                                   =            2.916.667
 
* Depresiasi November 2015-Desember 2017 (26 Bulan) =   2.916.667 X 26

                                                                                           = 75.833.333

- Membuat Jurnal
 
Jurnal penyusutan di tahun 2015 (2 bulan) adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                               5.833.333

                  Akumulasi Depresiasi                                         5.833.333

Jurnal penyustan di tahun 2016 (1 tahun)  adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                             35.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                                       35.000.000
Jurnal penyustan di tahun 2017 (1 tahun) adalah

Biaya Depresiasi Kendaraan                             35.000.000

                  Akumulasi Depresiasi                                       35.000.000