- Ratio Aktivitas
Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio aktivitas yang dapat digunakan, yaitu :- Rasio Perputaran Piutang
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi perputarannya maka semakin baik pula bagi perusahaan. - Rasio Perputaran Persediaan
Rasio ini digunakan untuk menggambarkan likuiditas perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka semakin baik pula pengelolaan persediaannya. - Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan penjualan dengan aktiva tetap yang dimiliki. Semakin besar rasio maka semakin baik bagi perusahaan. - Rasio Perputaran Total Aktiva
Hampir sama dengan rasio perputaran aktiva tetap, hanya saja yang bedakan adalah pada perhitungan kali ini, yang dihitung adalah total aktiva yang dimiliki perusahaan.
- Rasio Perputaran Piutang
Thursday, 3 May 2018
Rasio Aktivitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Mengihtungnya
Rasio Liquiditas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya
- Ratio Likuiditas
Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio likuiditas yang dapat digunakan, yaitu :- Rasio Lancar (Current Ratio)
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancarnya. Sebagai ilustrasi, apabila perbandingannya adalah 1:1 dimana artinya Current Ration-nya adalah 100%, berarti aktiva lancarnya memiliki jumlah yang sama banyak untuk melunasi semua kewajiban lancarnya. Semakin lebih besar dari 100% artinya semakin baik. - Rasio Cepat (Quick Ratio)
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup atau membayar kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memasukan nilai persediaannya. - Rasio Kas (Cash Ratio)
Digunakan untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar setara kas dengan kewajiban lancar. Yang dimaksud dengan aktiva lancar setara kas adalah aktiva yang dapat dengan mudah dan segera diuangkan.
- Rasio Lancar (Current Ratio)
- Ratio Solvabilitas
Berikut ini beberapa analisa dalam mengukur ratio solvabilitas yang dapat digunakan, yaitu :- Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)
Digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin rendah rasio ini artinya semakin baik bagi keuangan perusahaan, sebab keamanan dananya semakin baik. - Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Digunakan untuk mengukur hutang yang dimiliki dengan modal sendiri. Semakin kecil ratio ini maka akan semakin baik untuk perusahaan. Sebaiknya besarnya hutang tidak melebihi modal perusahaan itu sendiri.
- Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)
Rasio Profitabilitas - Pengertian, Macam-Macam, dan Rumus Menghitungnya
Berikut ini macam-macam Rasio Profitabilitas yang digunakan, diantaranya adalah :
1. Margin Laba Kotor (Gross Profit
Margin)
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur seberapa
efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan
menjual produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan. Gross Profit Margin ini merupakan suatu indikator
penting karena dapat memberikan informasi kepada Manajemen maupun Investor
tentang seberapa untungnya kegiatan bisnis yang dijalankan oleh suatu
perusahaan tanpa memperhitungkan biaya tidak langsung.
Rumus untuk menghitung GPM
= Net Sales-Cost of Goods Sold
= Net Sales-Cost of Goods Sold
Net Sales
Semakin
besar persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan
perusahaan.
2. Margin Laba Operasi (Operating
Profit Margin)
Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil.
Rumus untuk menghitung GPM
= Cost of Goods Sold+Operating Expense
= Cost of Goods Sold+Operating Expense
Net Sales
Semakin rendah
persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan perusahaan.
Rendahnya rasio menunjukkan perusahaan mampu memperoleh penjualan bersih yang
besar namun tetap efisien terhadap biaya yang dikeluarkan
3. Margin Laba Bersih (Net Profit
Margin)
Net Operating Margin digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan perkiraan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Net Profit Margin lebih mendalam dari Gross Profit Margin dan lebih meyakinkan manajemen dalam menilai kondisi perusahaan.
Rumus untuk menghitung GPM
= Net Sales-(Cost of Goods Sold+Operating Expense)
= Net Sales-(Cost of Goods Sold+Operating Expense)
Net Sales
Semakin
besar persentase atau rasionya, artinya semakin baik kondisi keuangan
perusahaan.
4. Return On Assets (ROA)
Return On
Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Menurut Kasmir (2008, hal 201) Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
Menurut
Tandelilin (2003:240), “ ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset
yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba, Rasio ROA diperoleh
dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah asset perusahaan”.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio
yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan. Laba yang dihitung adalah laba sebelum bunga
dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax).
Rumus untuk menghitung ROA
= Net Profit Before Taxes
= Net Profit Before Taxes
Average Total Assets
Nilai ROA
yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan
karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.
5. Return On Investment (ROI)
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap investasi yang telah dikeluarkan. ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Laba yang
digunakan adalah laba yang telah dikurangi pajak atau EAT ( Earning After Tax)
atau Net Profit After Taxes
Return On
Investment (ROI), merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan.
Menurut S.
Munawir (2007:89), Return On Investment (Roi) merupakan bentuk dari rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang berasal dari keseluruhan dana pada aktiva yang
digunakan untuk operasional perusahaan.
Menurut
Sutrisno (2001:255), Return On Investment (Roi) adalah suatu ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi
yang telah dikeluarkan
Rumus
untuk menghitung ROI
= Net Profit After Taxes
= Net Profit After Taxes
Total
Assets
Semakin
kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik.
Hal tersebut menunjukkan bisnis perusahaan tersebut akan mengalami
kesulitan untuk berkembang di masa yang akan datang dan bahkan dalam jangka
panjang akan mengalami kegagalan, demikian juga sebaliknya.
6. Return On Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu emiten dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham.
Menurut
Kasmir (2008, hal 204) bahwa hasil pengembalian ekuitas atau return on equity
atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri.
Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin (2009, hal
64) menyatakan : “Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan
di dalam perusahaan.”
Secara kasat
mata memang return on equity memperlihatkan efesiensi perusahaan dalam
menggunakan modalnya namun ROE tidak memasukkan hutang terhadap perhitungan
efisiensi tersebut sehingga perusahaan yang memiliki hutang besar akan luput
dari indikator ini. Oleh karena itu banyak investor pula yang tidak menggunakan
ROE dan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator karena ROA memperlihatkan
efisiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya dan termasuk
hutang-hutangnya.
Rumus untuk menghitung ROE
= Net Profit After Taxes
= Net Profit After Taxes
Average
Equity
Hasil
perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien penggunaan
ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE
mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelola modal yang tersedia secara
efisisen untuk menghasilkan pendapatan.